Monday, February 27, 2012

Like a Snow and Sakura ( Novel yang lagi kukerjakan sekarang :D )


Prolog


MALAM telah larut. Dan disaat begini semua orang sudah terlelap, sibuk dengan mimpi masing-masing. Kecuali seseorang. Ia masih terbangun sendirian didalam kamarnya. Sambil duduk dimeja belajarnya dan tangan dilipat didepan dada. Ia terpekur memandangi layar laptopnya dengan tatapan murung lalu memiringkan kepala kekiri dan kekanan dengan mata yang masih menatap lurus-lurus kearah benda dihadapannya. Tanpa melakukan apapun.
Sesekali ia menggosokkan kedua telapak tangannya yang kedinginan dengan berlebihan lalu mendesah. Padahal musim dingin telah beranjak namun dinginnya tetap saja menusuk tulang. Diraihnya segelas coklat panas yang berada disamping laptopnya lalu meneguk cairan itu. Ia menghela nafas, menikmati kehangatan minuman yang kini mengalir ditenggorokannya dan membuat tubuhnya terasa lebih hangat. Ia kembali memandangi benda dihadapannya.
Detik, menit berlalu. Akhirnya seulas senyum tipis tersungging diwajahnya, sebuah senyum puas yang memukau. Ia meletakkan gelas ditangannya ke tempat semula dengan senyum yang terus tersungging, lalu ia mulai mengetik.






 Satu
HASHIYAMA Aoko menggosokkan kedua telapak tangannya, sesekali ia mendesah dan uap putih keluar dari mulutnya. Berjalan diluar dalam cuaca seperti ini memang menyebalkan. Tulang-tulang terasa kaku dan mengeras terkena terpaan angin dan lagi harus berhati-hati, jika tidak flu akan menjangkitimu dan akan mempertambah parah. Aoko merapatkan jaket putih panjangnya dan menaikkan syal bermotif kotak-kotak yang ia kenakan hingga menutupi mulut dan hidungnya. Jangan sampai aku terkena flu dimusim begini, pikirnya.
Tapi setelah musim dingin ini, ada musim semi. Musim dimana bunga-bunga bermekaran, semuanya telihat berwarna pink. Langit yang selalu cerah. Awal baru sekolah dan menyambut siswa-siswa baru dan lebih indah lagi jika mendapatkan pernyataan cinta ditengah tebaran bunga sakura yang terbawa angin. Memikirkannya saja sudah membuat Aoko tersenyum-senyum. Aoko sungguh tak sabar menunggu musim semi yang mungkin tinggal beberapa hari lagi.
Lagi-lagi angin berhembus kencang, menyapu rambut ikal panjang Aoko hingga berantakan. Ia tersadar dari lamunannya dan merapikan sejumput rambut didepan wajahnya. Aku harus segera sampai dirumah, pikir Aoko.
***
Jaket serta syalnya telah dibuka, dan kini Aoko terlihat duduk diatas kursi yang menghadap meja belajar. Masih dengan seragam sekolahnya, lengkap. Matanya terarah pada buku tulis diatas meja. Ia menatap dengan kening berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras. Setelah beberapa saat, Aoko mulai menggoreskan pensil mekanik ditangannya keatas kertas. Tidak cukup lama ia melakukan hal itu hingga akhirnya kembali diam mematung, kembali menatapi benda dihadapannya dengan raut berpikir.
Aoko menarik nafas lalu menghembuskannya secara perlahan, diraihnya segelas coklat panas miliknya diatas meja lalu meneguknya secara perlahan. Ia menggenggap gelas itu dengan kedua tangannya kemudian mendesah keras.
Aoko suka menulis, ia selalu menulis apapun yang ia rasakan dan itu tidak pernah membuatnya tak berhasil menarik minat teman-temannya untuk membaca setiap hasil tulisnya. Aoko bangga dengan kemampuannya itu dan berpikir untuk menjadi seorang penulis dimasa depan. Karna itu, Aoko mencoba membuat sebuah cerita novel yang masih ia tulis dibuku kosong dan sekarang…. Pikirannya tengah buntu untuk mencari kata-kata buat kelanjutan novelnya.
Sepertinya aku perlu refresing sejenak, batin Aoko. Ia memandangi sekeliling kamarnya dan matanya berakhir pada benda yang tergeletak diatas kasur. Tertuju pada laptop miliknya.
Segera ia mengambil laptop tersebut dan menghidupkannya diatas meja. Selagi menunggu laptopnya booting, Aoko kembali meminum coklat panasnya hingga habis lalu mengangkat kedua kakinya keatas kursi dan duduk bersila.
Nah, apa yang akan ia lakukan sekarang? Pikiran aoko kembali buntu, saat ini ia benar-benar merasa uring-uringan. Akhirnya ia hanya membuka setiap folder-folder didalam laptopnya, tak ada yang menarik. Aoko mengerang kesal.
Setelah melepas kekesalannya dengan mengerang, Aoko kembali diam lalu memilih membuka Mozilla. Hmm…. Ia baru teringat, kalau tidak salah teman terbaiknya Shinohara Chizuru pernah menyuruhnya untuk membuka blog milik temannya itu. Sebenarnya ia ogah-ogahan karna ia tahu benar, temannya yang satu ini benar-benar tertarik dengan tempat yang bernama Harajuku dan sudah bisa ditebak, blognya penuh dengan isi artikel mengenai Harajuku. Tapi saat ini ia tidak memiliki kegiatan apapun. Yah, apa salahnya kalau aku melihat-lihat blog miliknya sebentar, pikir Aoko.
***
Benar bukan?
Isinya tak jauh mengenai Harajuku, dari jenis-jenis pakaian di Harajuku, orang-orang yang berperan penting di Harajuku, toko-toko paling terkenal di Harajuku, dan tak lupa juga terpampang foto Shinohara Chizuru dengan rambutnya yang dicat merah keorenan –tren remaja Harajuku- dan bola mata yang berlensa hijau terang. Manis sekali, pikir Aoko.
Ia terus membaca semua tulisan didalam blog tersebut, hampir tak meninggalkan satu katapun untuk tidak dibaca. Ternyata menarik juga, ia tak pernah tahu bahwa temannya ini pandai dalam menyusun kalimat artikel hingga sedemikian rupa. Aoko menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu bergumam sejenak. Kemudian terlihat Aoko mengetuk-ngetukkan jari telunjuk kanannya kedagunya dengan mata yang masih terarah pad laptop didepannya. Oh, sepertinya ia cukup tertarik untuk membuat blog.
***
“ kau mau buat blog juga?” tanya Shinohara Chizuru tak percaya sembari mengangkat kedua alis. Aoko mengangguk lalu memasukkan sesuap makanan bekal kedalam mulut.
Ia menyuapi mulutnya dengan makanan bekalnya “ tak kusangka orang sepertimu tertarik dengan hal beginian” ocehnya sembari mengunyah makanan.
“ kau pikir aku tidak mengerti teknologi?” tanya Aoko dengan mata disipitkan dan badan dicondongkan kedepan.
Chizuru mengayun-ayunkan sendoknya lalu menatap langit-langit kelas, memalingkan pandangannya dari Aoko “ yah…. Setahuku kau bukan tipe orang yang suka berkutat dengan dunia maya”
Sekarang Aoko menunjuk-nunjukkan sendoknya kewajah Chizuru dengan mata yang lebih disipitkan “ jadi, apa kau mau mengajariku cara membuat dan memakai blog?”
Chizuru tidak langsung menjawab, ia mengosok dagunya dengan telunjuk tangan sambil memandang keluar jendela kelas yang berada tepat disamping kanannya, tampangnya seperti sedang menimbang-nimbang dengan alis yang terangkat sebelah.
“ jadi…?” tanya Aoko lagi dengan lebih penekanan. Oh ia sungguh gemas dengan sikap temannya ini.
“ tentu saja Aoko-chan” lalu tertawa kecil dan menatap Aoko ramah “ oh ya, jangan menunjuk-nunjukku dengan sendok kalau tidak mau kucat kuning rambutmu”
Aoko tertawa lalu kembali duduk “ oh jangan marah begitu” sambil menyuapkan lagi makanan kemulut. Tiba-tiba mata Aoko terpaku pada sosok seseorang yang berdiri ditengah lapangan, ia terus menatap dari balik kaca dengan seksama. Entah kenapa wajahnya panas, jantungnya berdetak tak karuan dan ia mendapati dirinya tak dapat berpaling dari sosok yang tengah bercanda dengan teman-temannya dan mengenakan pakaian olahraga, sepertinya mereka habis bermain bola. Oh dia….
“ Aoko-chan!”
Kepala Aoko langsung berputar cepat kedepan, mendapati Chizuru yang menatapnya lurus-lurus “ a-apa?”
Chizuru mendengus “ kau tidak mendengarkan omonganku sejak tadi” lalu melihat keluar jendela, penasaran dengan apa yang dilihat temannya tadi “ kau masih memperhatikan dia?”
Aoko tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis lalu kembali menoleh kejendela, memandangi sosok orang yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Perasaannya selalu senang tiap kali melihat sosok itu, ia sudah cukup senang hanya dengan seperti ini.
***

Note : JANGAN publikasikan atau memplagiat hasil karya orang lain ya :D trims

No comments:

Post a Comment