Monday, February 27, 2012

Vocaloid - Software buatan dewa


hampir semua animelovers pasti kenal Vocaloid. Software buatan Jepang ini memang sekarang sedang ngehits nya :D lagu yang dibuat para pengguna vocaloid pun sudah banyak sekali.
aku sendiri paling suka vocaloid! apa lagi Hatsune Miku dan Kagamine Rin and Len
Vocaloid ada banyak jenisnya. ni kusebutin yang paling banyak digemari :
Hatsune Miku, Kagamine Rin and Kagamine Len, Kaito, Megurine Luca, Lily, Gumi, Megapoid, Gackupo, etc.
Vocaloid
Pengembang Yamaha Corporation
Rilis stabil Vocaloid2 / Januari 2007
Sistem operasi Microsoft Windows
Jenis Synthesizer
Situs web www.vocaloid.com
Vocaloid (ボーカロイド?) adalah perangkat lunak produksi Yamaha Corporation yang menghasilkan suara nyanyian manusia. Komposisi musik dan lirik dimasukkan di layar penyunting sesuai nyanyian dan iringan musik yang diingini. Suara nyanyian diambil dari "pustaka suara" yang berisi sampling rekaman suara dari penyanyi sebenarnya. Lirik lagu dinyanyikan dalam bahasa Inggris atau bahasa Jepang.
Yamaha tidak menjual Vocaloid secara terpisah, melainkan dibundel dengan pustaka suara produksi perusahaan pustaka suara yang mendapat lisensi Yamaha. Vocaloid berasal dari kata "vocal" dan "android".
Perangkat lunak ini pertama kali dirilis Yamaha pada 26 Februari 2003. Teknik yang dipakai adalah Penyambung dan Pembentuk Artikulasi Nyanyian dengan Domain Frekuensi (Frequency-Domain Singing Articulation Splicing and Shaping). Sampling rekaman suara penyanyi profesional diolah dengan metode domain frekuensi. Hasilnya dimasukkan ke dalam basis data "artikulasi nyanyian" yang berisi potongan suara dan teknik bernyanyi.

source: wikipedia



Like a Snow and Sakura ( Novel yang lagi kukerjakan sekarang :D )


Prolog


MALAM telah larut. Dan disaat begini semua orang sudah terlelap, sibuk dengan mimpi masing-masing. Kecuali seseorang. Ia masih terbangun sendirian didalam kamarnya. Sambil duduk dimeja belajarnya dan tangan dilipat didepan dada. Ia terpekur memandangi layar laptopnya dengan tatapan murung lalu memiringkan kepala kekiri dan kekanan dengan mata yang masih menatap lurus-lurus kearah benda dihadapannya. Tanpa melakukan apapun.
Sesekali ia menggosokkan kedua telapak tangannya yang kedinginan dengan berlebihan lalu mendesah. Padahal musim dingin telah beranjak namun dinginnya tetap saja menusuk tulang. Diraihnya segelas coklat panas yang berada disamping laptopnya lalu meneguk cairan itu. Ia menghela nafas, menikmati kehangatan minuman yang kini mengalir ditenggorokannya dan membuat tubuhnya terasa lebih hangat. Ia kembali memandangi benda dihadapannya.
Detik, menit berlalu. Akhirnya seulas senyum tipis tersungging diwajahnya, sebuah senyum puas yang memukau. Ia meletakkan gelas ditangannya ke tempat semula dengan senyum yang terus tersungging, lalu ia mulai mengetik.






 Satu
HASHIYAMA Aoko menggosokkan kedua telapak tangannya, sesekali ia mendesah dan uap putih keluar dari mulutnya. Berjalan diluar dalam cuaca seperti ini memang menyebalkan. Tulang-tulang terasa kaku dan mengeras terkena terpaan angin dan lagi harus berhati-hati, jika tidak flu akan menjangkitimu dan akan mempertambah parah. Aoko merapatkan jaket putih panjangnya dan menaikkan syal bermotif kotak-kotak yang ia kenakan hingga menutupi mulut dan hidungnya. Jangan sampai aku terkena flu dimusim begini, pikirnya.
Tapi setelah musim dingin ini, ada musim semi. Musim dimana bunga-bunga bermekaran, semuanya telihat berwarna pink. Langit yang selalu cerah. Awal baru sekolah dan menyambut siswa-siswa baru dan lebih indah lagi jika mendapatkan pernyataan cinta ditengah tebaran bunga sakura yang terbawa angin. Memikirkannya saja sudah membuat Aoko tersenyum-senyum. Aoko sungguh tak sabar menunggu musim semi yang mungkin tinggal beberapa hari lagi.
Lagi-lagi angin berhembus kencang, menyapu rambut ikal panjang Aoko hingga berantakan. Ia tersadar dari lamunannya dan merapikan sejumput rambut didepan wajahnya. Aku harus segera sampai dirumah, pikir Aoko.
***
Jaket serta syalnya telah dibuka, dan kini Aoko terlihat duduk diatas kursi yang menghadap meja belajar. Masih dengan seragam sekolahnya, lengkap. Matanya terarah pada buku tulis diatas meja. Ia menatap dengan kening berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras. Setelah beberapa saat, Aoko mulai menggoreskan pensil mekanik ditangannya keatas kertas. Tidak cukup lama ia melakukan hal itu hingga akhirnya kembali diam mematung, kembali menatapi benda dihadapannya dengan raut berpikir.
Aoko menarik nafas lalu menghembuskannya secara perlahan, diraihnya segelas coklat panas miliknya diatas meja lalu meneguknya secara perlahan. Ia menggenggap gelas itu dengan kedua tangannya kemudian mendesah keras.
Aoko suka menulis, ia selalu menulis apapun yang ia rasakan dan itu tidak pernah membuatnya tak berhasil menarik minat teman-temannya untuk membaca setiap hasil tulisnya. Aoko bangga dengan kemampuannya itu dan berpikir untuk menjadi seorang penulis dimasa depan. Karna itu, Aoko mencoba membuat sebuah cerita novel yang masih ia tulis dibuku kosong dan sekarang…. Pikirannya tengah buntu untuk mencari kata-kata buat kelanjutan novelnya.
Sepertinya aku perlu refresing sejenak, batin Aoko. Ia memandangi sekeliling kamarnya dan matanya berakhir pada benda yang tergeletak diatas kasur. Tertuju pada laptop miliknya.
Segera ia mengambil laptop tersebut dan menghidupkannya diatas meja. Selagi menunggu laptopnya booting, Aoko kembali meminum coklat panasnya hingga habis lalu mengangkat kedua kakinya keatas kursi dan duduk bersila.
Nah, apa yang akan ia lakukan sekarang? Pikiran aoko kembali buntu, saat ini ia benar-benar merasa uring-uringan. Akhirnya ia hanya membuka setiap folder-folder didalam laptopnya, tak ada yang menarik. Aoko mengerang kesal.
Setelah melepas kekesalannya dengan mengerang, Aoko kembali diam lalu memilih membuka Mozilla. Hmm…. Ia baru teringat, kalau tidak salah teman terbaiknya Shinohara Chizuru pernah menyuruhnya untuk membuka blog milik temannya itu. Sebenarnya ia ogah-ogahan karna ia tahu benar, temannya yang satu ini benar-benar tertarik dengan tempat yang bernama Harajuku dan sudah bisa ditebak, blognya penuh dengan isi artikel mengenai Harajuku. Tapi saat ini ia tidak memiliki kegiatan apapun. Yah, apa salahnya kalau aku melihat-lihat blog miliknya sebentar, pikir Aoko.
***
Benar bukan?
Isinya tak jauh mengenai Harajuku, dari jenis-jenis pakaian di Harajuku, orang-orang yang berperan penting di Harajuku, toko-toko paling terkenal di Harajuku, dan tak lupa juga terpampang foto Shinohara Chizuru dengan rambutnya yang dicat merah keorenan –tren remaja Harajuku- dan bola mata yang berlensa hijau terang. Manis sekali, pikir Aoko.
Ia terus membaca semua tulisan didalam blog tersebut, hampir tak meninggalkan satu katapun untuk tidak dibaca. Ternyata menarik juga, ia tak pernah tahu bahwa temannya ini pandai dalam menyusun kalimat artikel hingga sedemikian rupa. Aoko menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu bergumam sejenak. Kemudian terlihat Aoko mengetuk-ngetukkan jari telunjuk kanannya kedagunya dengan mata yang masih terarah pad laptop didepannya. Oh, sepertinya ia cukup tertarik untuk membuat blog.
***
“ kau mau buat blog juga?” tanya Shinohara Chizuru tak percaya sembari mengangkat kedua alis. Aoko mengangguk lalu memasukkan sesuap makanan bekal kedalam mulut.
Ia menyuapi mulutnya dengan makanan bekalnya “ tak kusangka orang sepertimu tertarik dengan hal beginian” ocehnya sembari mengunyah makanan.
“ kau pikir aku tidak mengerti teknologi?” tanya Aoko dengan mata disipitkan dan badan dicondongkan kedepan.
Chizuru mengayun-ayunkan sendoknya lalu menatap langit-langit kelas, memalingkan pandangannya dari Aoko “ yah…. Setahuku kau bukan tipe orang yang suka berkutat dengan dunia maya”
Sekarang Aoko menunjuk-nunjukkan sendoknya kewajah Chizuru dengan mata yang lebih disipitkan “ jadi, apa kau mau mengajariku cara membuat dan memakai blog?”
Chizuru tidak langsung menjawab, ia mengosok dagunya dengan telunjuk tangan sambil memandang keluar jendela kelas yang berada tepat disamping kanannya, tampangnya seperti sedang menimbang-nimbang dengan alis yang terangkat sebelah.
“ jadi…?” tanya Aoko lagi dengan lebih penekanan. Oh ia sungguh gemas dengan sikap temannya ini.
“ tentu saja Aoko-chan” lalu tertawa kecil dan menatap Aoko ramah “ oh ya, jangan menunjuk-nunjukku dengan sendok kalau tidak mau kucat kuning rambutmu”
Aoko tertawa lalu kembali duduk “ oh jangan marah begitu” sambil menyuapkan lagi makanan kemulut. Tiba-tiba mata Aoko terpaku pada sosok seseorang yang berdiri ditengah lapangan, ia terus menatap dari balik kaca dengan seksama. Entah kenapa wajahnya panas, jantungnya berdetak tak karuan dan ia mendapati dirinya tak dapat berpaling dari sosok yang tengah bercanda dengan teman-temannya dan mengenakan pakaian olahraga, sepertinya mereka habis bermain bola. Oh dia….
“ Aoko-chan!”
Kepala Aoko langsung berputar cepat kedepan, mendapati Chizuru yang menatapnya lurus-lurus “ a-apa?”
Chizuru mendengus “ kau tidak mendengarkan omonganku sejak tadi” lalu melihat keluar jendela, penasaran dengan apa yang dilihat temannya tadi “ kau masih memperhatikan dia?”
Aoko tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis lalu kembali menoleh kejendela, memandangi sosok orang yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Perasaannya selalu senang tiap kali melihat sosok itu, ia sudah cukup senang hanya dengan seperti ini.
***

Note : JANGAN publikasikan atau memplagiat hasil karya orang lain ya :D trims

Sunday, February 19, 2012

Tokoh Dunia __ Khalil gibran.

Khalil Gibran (juga dieja Khalil Gibran; lahir Gibran Khalil Gibran, bahasa Arab : جبران خليل جبران, lahir di Lebanon, 6 Januari 1883 – meninggal di New York City, Amerika Serikat, 10 April 1931 pada umur 48 tahun) adalah seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon Amerika. Ia lahir di Lebanon (saat itu masuk Provinsi Suriah di Khilafah Turki Utsmani) dan menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kahlil_Gibran

KARENA CINTA, KITA HIDUP DIDUNIA


Sebagaimana cinta kasih menghidupkan hati manusia dengan pedih perih, demikian pula kedunguan mengajarinya jalan kearifan. Pedih perih dan kedunguan mengantarkan cita-cita agung dan kearifan nan adiluhung, sebab kearifan abadi tiada mencipta sesuatu yang sia-sia di bawah asuhan matahari.

Betapa sering aku menyalahkan diriku untuk kejahatan yang tidak aku kerjakan, agar orang lain merasa lega di hadapanku.

Apabila kamu melihat seorang laki-laki mabuk katakanlah dalam hatimu, “Barangkali dia mencoba lari dari sesuatu yang lebih buruk lagi.”

Baru kemarin aku pikir diriku sebuah fragmen bergetar tanpa irama dalam ruang kehidupan. Kini kutahu bahwa akulah ruang, dan semua kehidupan adalah fragmen-fragmen yang bergerak dalam diriku.

Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk berharap dan berharap, sampai kemudian dia berharap untuk mengambil kelopak kelalaian dari matanya, sehingga dapat menyaksikan diri sejati. Dan siapa yang menyaksiakan kebenaran dari kehidupan sejati untuk dirinya, untuk semua manusia dan alam semesta.

Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu yang terpenuhi. Dia ladang hati, yang dengan kasih kautaburi dan kau pungut buahnya penuh rasa terimakasih. Kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan, dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian. Jangan ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa.

Jiwa yang mencapai kesempurnaan mampu bersikap patuh meski akalnya memberontak, dan akal yang paling kacau akan memberontak terhadap apa yang dipatuhi oleh jiwa.

Kusadari semua yang pernah terjadi, bahwa hambatan untuk berdekatan denganmu muncul dari kekerdilan dan ketakutan dalam diriku.

Kesenangan adalah nyanyian-kebebasan, tetapi bukan kebebasan. Ia serukan dari kedalaman ke ketinggian. Ia adalah yang terkurung, mengambil sayap, tapi tak mampu mengarungi angkasa bebas.

Saya adalah seorang pendosa di mata Tuhan dan diri saya sendiri, ketika saya makan rotinya dan menawarkan kepadanya badan saya – demi kedermawaannya. Kini saya suci bersih, karena hukum cinta membebaskan manusia dan membuatku terhormat serta penuh keyakinan.

Kesunyian menyimpan semua yang ingin kita katakan dengan kasih sayang, semangat, dan dengan iman. Dan kesunyian, kalau tidak mengangkat doa-doa kepada Tuhan, akan membawanya ke mana pun kita inginkan.

Wahai, jika si bebal mengatakan bahwa jiwa akan lenyap seperti raga, jawabnya bahwa kembang pun akan sirna, sekalipun benih tetap ada. Itulah dalil ciptaan Tuhan.

Orang-orang berkata, jika ada yang dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Tapi aku berkata, jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri.

Kasih sayang dan kekerasan selalu berperang di hati manusia seperti malapetaka yang berperang di langit malam yang pekat ini. Tetapi kasih sayang selalu dapat mengalahkan kekerasan. Karena ia adalah anugerah Tuhan. Dan ketakutan-ketakutan malam ini akan berlalu dengan datangnya siang.

Sebagaimana cinta kasih menghidupkan hati insan dengan kepedihan demikian pula kedunguan mengajarinya mencari jalan kebijaksanaan. Rasa pedih dan bodoh mengantarkan insan kepada suka cita agung dan kearifan luhur, sebab Zat Yang Maha Agung tiada menciptakan sesuatu yang sia-sia.

Cinta – yang tak lain adalah Tuhan – akan menerima aroma nafas dan air mata kita seakan-akan ia adalah kepulan asap dupa, dan memberi pahala kepada kita sebagaimana mestinya.

Saya akan memberitahukan kepada anda sesuatu yang tidak bisa anda ketahui, makhluk seksual tertinggi di planet ini adalah para pecinta, penyair, pematung, pelukis, pemusik – yang demikian ini ada sejak dulu. Dan bagi mereka seks selalu indah dan senantiasa malu.

Kita hanyalah makhluk hidup, partikel-partikel debu yang beterbangan berputar-putar di dalam kehampaan abadi dan tak terhingga. Diri kita hanya untuk menyerah dan patuh. Jika kita mencintai, cinta kita juga tidak berasal dari kita, juga bukan kepunyaan kita. Sekiranya kita bahagia, kebahagiaan kita tidaklah dalam diri kita, tapi dalam kehidupan itu sendiri.

Di kesunyian ini, kita bisa mengutarakan kerinduan kita, sampai kerinduan itu membawa kita lebih dekat kepada hati Tuhan. Di sini kita bisa mencinta umat manusia sampai umat manusia membukakan hatinya kepada kita.

Berkali-kali aku telah membuat pertandingan antara keluhuran pengorbanan dan kebahagiaan pemberontakan untuk temukan mana yang lebih luhur dan lebih indah, namun hingga kini aku telah terpaku hanya pada suatu kebenaran dalam seluruh persoalan itu, dan kebenaran itu ialah kesetiaan, yang membuat seluruh perilaku kita jadi indah dan terhormat.

Kucintai desa kelahiranku dengan sebagian cintaku untuk negeri, kucintai negeriku dengan sebagian cintaku untuk bumi.

Perkawinan adalah penyatuan dua jiwa dalam cinta yang kokoh untuk hapuskan perpisahan. Ia adalah kesatuan agung yang terpisah roh. Ia adalah gelang emas dalam sebuah rantai yang permulaannya adalah sebuah pandangan, dan akhirnya adalah keabadian. Ia adalah hujan suci yang jatuh dari langit tak bernoda untuk menyuburkan dan memberkati ladang-ladang Alam Illahi.

Seseorang yang menerima memang tidak menginsafi apa yang diterimanya, tapi seseorang yang memberi dengan tulus dan menanggung beban dari kesadaran dirinya sendiri, akan menginsafi bahwa apa yang diberikannya dimaksudkan demi cinta persaudaraan, dan ke arah pertolongan yang bersahabat, bukan untuk pemuliaan-diri.

Hidup manusia tidak bermula dari dalam kandungan dan tak pernah berakhir di liang kubur. Dan cakrawala yang penuh oleh rembulan dan bintang-bintang ini tidaklah ditinggalkan oleh jiwa yang mencintai dan roh-roh yang berdasarkan gerak nurani.

Aku berdiri menatap manisnya rasa kasih dan pahitnya kedukaan yang tumbuh keluar dari pusara-pusara baru itu. Pusara pemuda yang menebus hidupnya untuk melindungi kehormatan seorang gadis suci dan lemah, serta menyelamatkannya dari cengkeraman serigala yang rakus.

Mereka berkata kepadaku, “Kamu harus memilih antara kesenangan di dunia ini dan kedamaian di akhirat nanti. Karena aku tahu dalam hatiku bahwa Sang Pujangga Agung hanya menggubah satu puisi, yang ditulis dengan sempurna dan mengalun dengan sempurna".

From Me To You - untuk event Valentines Day


         Seperti hari-hari berskala pendek yang telah dilewatinya tiap hari dimusim dinginnya tahun ini, Takigawa Nagao hampir selalu melihat rekan sekantornya itu tersenyum riang sambil menceritakan hal-hal mengenai orang yang disukainya. Nagao tahu benar bahwa gadis itu –Minagawa Saki- amat menyukai tetangga baru yang tinggal disebelah apartemennya bulan lalu. Dan dari hasil yang diceritakan, Nagao tahu bahwa nama pria itu Kazomi. Saki menyukainya, ia yakin itu, walaupun Saki tak pernah memberitahukannya. Hanya dengan melihat caranya bercerita, Nagao langsung menyadari bahwa gadis itu menaruh hati pada pria itu. Yah, dia sendiri tidak tahu dan tidak mau tahu seperti apa tampang pria yang dibicarakan itu.
“ kau tahu, kemarin saat aku baru hendak masuk ke pintu apartemenku, aku melihatnya baru menaiki tangga lalu melewatiku kemudian berdiri di depan pintu apartemennya dan kemudian masuk! Kazomi-san keren sekali! Hanya melewati sejenak saja ia sudah menebarkan wangi semerbak, wangi parfum Chanel!” tutur Saki dengan semangat menggebu-gebu dan dengan mata yang seperti memancarkan bara api. Kemudian ia menarik nafas lalu menyeruput parfait miliknya dengan gahar. Dasar.
Sementara Saki masih tetap bercerita, Nagao membiarkan dirinya mendengarkan dengan khusyuk semua ocehan gadis itu. Tidak apa-apa, ia menyukai cara gadis itu bercerita, unik dan tak pernah membuatnya jenuh.
Saat itu, mereka tengah berada disebuah cafè tidak jauh dari kantor tempat mereka berkerja, sama-sama menikmati sepiring spagetti sebagai menu makan siang itu. Kebetulan siang itu cafè tidak terlalu ramai sehingga mereka pun dapat mengobrol tanpa harus tumpang tindih dengan obrolan pengunjung yang lain.
Nagao kembali melahap spagetti dengan perlahan sambil sesekali mengangguk setiap kali Saki bertanya padanya. Ia menatap gadis dihadapannya. Saki yang berambut coklat lumayan panjang dengan bola mata berwarna abu-abu-hitam menyala, manis sekali, ditambah dengan hiasan rambut berbentuk pita merah kecil yang menjepit sejumput rambut di sisi telinga kirinya. Mata Saki tidak terlalu sipit seperti mata orang Jepang pada umumnya, membuat setiap kali gadis itu terbelalak ataupun melebarkan mata, terlihat seperti boneka Rusia.
“ hei Nagao-kun, bagaimana denganmu? Aku tak pernah sekalipun mendengar hubunganmu dengan seorang wanita” tiba-tiba Saki bertanya sambil mengacungkan garpu di tangannya kedepan temannya. Sementara Nagao masih berpikir karena ditanyai soal itu Saki melanjutkan “ jangan-jangan... kau homo!?”
“ enak saja!” sergahnya dengan nada tinggi. “ aku memang belum tertarik untuk hal seperti itu”
“ benarkah?” lalu menempelkan sendoknya kebibir “ sayang sekali, padahal kau tampan dan menurutku lumayan cool, kadang-kadang sih... mungkin karena kau pendiam makanya tidak mungkin ada juga wanita yang mau bersamamu”
“ berisik” Nagao membalas acuh tak acuh sambil memasang tampang masa bodoh dan memakan suapan terakhir dari spagettinya.
Saki tertawa “ oh ayolah, aku hanya bercanda. Peace” dan membentuk huruf v dengan jari tangan kanannya.
Satu hal yang selalu membuat Nagao kesal dengan Saki, gadis itu suka sekali bercanda sedangkan Nagao adalah orang yang lumayan pendiam. Hampir tiap hari –memang setiap hari- pria itu dibuat menelan emosi berlebih dan hampir membuatnya stress. Kalau sudah seperti itu, Nagao akan membalas dengan cuek atau hanya tertawa hambar. Sebenarnya Nagao senang saja kalau gadis itu bercanda kalau saja hal yang diledeknya bukan mengenai dirinya sendiri. Ya, bukan dirinya.
“ kau selalu saja begitu, apa kau bisa tidak mengatakanku homo?” tanyanya dengan nada rendah.
“ baiklah, aku tak akan bilang begitu lagi. Oke?... nah, ayo senyum” Saki saling menempelkan kedua telapak tangannya “ Nagao-kun, senyum”
Dengan agak terpaksa, akhirnya Nagao tersenyum. Kelihatan sekali dipaksakan. Tapi tak apa, Saki kelihatannya puas dan ia pun balas tersenyum lebar, memamerkan senyumnya yang memang amat indah. Khusus hanya untuk pria di hadapannya dan entah kenapa Nagao melihat senyum itu dengan aneh. Perasaannya tiba-tiba bahagia dan jantungnya terasa menyentak. Ia menyukai senyum itu, tapi lebih dari sebelumnya, perasaan itu begitu spesial. Aneh.
***
Bentangan langit yang luas terhalang gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo yang saling memancarkan cahaya lampu, seakan berlomba-lomba menerangi langit yang telah berwarna biru-hitam. Nagao melirik dinding gedung kantornya yang terbuat dari kaca, membuatnya dapat dengan jelas memerhatikan suasana malam kota itu. Jarum pendek pada jam di meja kerjanya telah menunjukkan pukul delapan malam dan ia masih bekerja dengan keras untuk membuatnya dapat melupakan pembicaraannya dengan Saki siang tadi. Entah kenapa ada sesuatu yang salah, ia merasa tenaganya berubah jadi buih dan lenyap ketika gadis itu bercerita padanya. Masih seperti biasanya.
Mereka tengah berada di cafè, seperti biasanya menikmati makan siang dan seperti biasanya Saki bercerita tentang pria bernama Kazomi itu namun kali ini terlihat lebih bersemangat.
“ Nagao! Nagao! “ seru Saki dengan suara lantang namun tertahan karena sadar tengah berada di tempat umum.
Mendengar itu alis Nagao terangkat, ia memiringkan kepala sedikit “hm?”
Saki mencondongkan badannya kedepan “ kau tahu? Kazomi semalam menegurku ketika ia melihatku tengah sibuk mencari kunci dari dalam tas tanganku di depan pintu! Dia benar-benar tampan seperti yang aku lihat biasanya, ia tersenyum dan senyumnya itu....” terlihat Saki memegangi dadanya dengan mata terpejam “ indah sekali..” lanjutnya.
“ oh”
“ lalu dia bilang seperti ini ‘matamu lucu sekali saat mencari kunci tadi, jadi bulat seperti mata boneka’, ya tuhan... dia memujiku!”
Nagao tidak berkomentar.
“ jadi kubalas saja ‘temanku juga ada yang bilang seperti itu’ kemudian dia tertawa riang, oh, pasti semalam adalah hari terbaikku” lanjut Saki tanpa menunggu tanggapan dari Nagao. Dia tahu benar sifat Nagao yang cuek dan pendiam itu memang jarang menanggapi apa yang dibicarakannya, tapi itu tak masalah. Saki memang sedang ingin bercerita dan hanya Nagao yang bisa membuatnya bercerita tanpa rasa canggung sama sekali.
Nagao tetap diam. Lalu akhirnya untuk hari itu Nagao mengatakan sesuatu, hanya sekali itu saja. Ia tersenyum kecil “ aku turut berbahagia untukmu“
Hari itu sepanjang Saki bercerita, Nagao tidak banyak berkomentar. Ia kesal. Bagaimana bisa gadis itu bahagia karena dirayu oleh tetangganya itu? Hanya memuji seperti itu saja tentu ia juga bisa. Ah, Nagao menggaruk kepalanya, mengacak-acak rambut hitamnya. Kenapa dia jadi sekesal itu padahal sebelumnya ia merasa biasa saja tiap kali gadis itu bercerita seperti itu.
Kenapa sekarang ia sangat tidak ingin Saki akrab dengan Kazomi?
***
“ kau mau pergi sekarang juga?” tanya Nagao kaget saat mendengar dari mulut Saki bahwa ia harus pulang lebih cepat setengah jam dari waktu pulangnya.
Saki mengagguk.
“ kenapa?” Nagao bertanya untuk kedua kalinya.
Dan kali ini dibalas senyum lebar Saki, “ Kazomi-san mengajakku makan malam bersama, katanya untuk salam perkenalan sebagai tetangga baru”
Alasan macam apa itu?! Basi. Gara-gara itu emosi Nagao tiba-tiba melambung. Ia tidak berkomentar.
“ karena itu,... tolong lanjutkan pekerjaanku ya Nagao? Harus selesai hari ini, oh, sebagai balasannya nanti aku akan mengabulkan apapun yang kau mau. Apapun!”
Apapun? Saat ini yang paling aku mau kau tidak pergi menemuinya. Tapi itu tidak mungkin, Nagao tidak punya hak untuk melarang Saki. Kenyataan itu membuat Nagao kesal. Akhirnya dengan berat hati Nagao mengangguk dan disambut bahagia oleh Saki yang segera beranjak pergi.
Seberapa tampankah pria yang telah menarik hati Saki itu hingga tega memperlakukan temannya seperti itu. Bagaimana bisa pula gadis itu tidak menyadari bahwa ia kesal. Tapi, yah... Nagao mengalah, hanya itu yang bisa ia lakukan untuknya. Selama gadis itu bahagia ia juga akan bahagia walaupun ia merasa dadanya sakit dan menghirup nafas menjadi hal yang amat sulit.
***
Tokyo saat itu bersuhu dingin. Memaksa Nagao untuk menaikkan syalnya hingga menutupi hidung dan berjalan cepat menembus terpaan angin yang membuatnya hampir beku. Hari ini pun Nagao harus pergi makan siang sendirian, sementara Saki berdua dengan pria itu. Siapa lagi kalau bukan Kazomi. Kazomi, Kazomi, Kazomi, sepanjang hari gadis itu selalu membicarakan dia hingga membuat telinga Nagao panas. Tiap kali gadis itu bercerita dengan cerianya, ia merasa bahagia tapi juga merasa sakit. Ditambah lagi Saki yang mengabarkan bahwa sepanjang Valentine Days nanti mereka akan pergi ke Shibuya bersama-sama , jalan-jalan berduaan. Namun apa yang bisa dilakukannya hanya membantu Saki dari kejauhan jika diperlukan, ia tidak bisa memaksakan perasaan gadis itu. Nagao harus tetap tersenyum saat gadis itu mulai menyukai orang lain. Selama Saki dapat tetap tersenyum, tertawa dan bercerita panjang lebar, buatnya tak masalah. Ia suka Saki yang seperti itu dibandingkan Saki yang putus cinta.
Tiba-tiba ia jadi teringat kembali tentang pembicaraannya dengan Saki  saat di kantor kemarin, gadis itu bertanya apakah ia belum juga mendapatkan pasangan menjelang hari kasih sayang itu? Mengingat juga umur Nagao yang sudah hampir akhir dua puluh tahunan namun belum juga punya pasangan. Saat itu ia bingung hendak menjawab apa, rasanya jawaban sudah ada diujung tenggorokan namun sulit sekali untuk dikeluarkan. Pada akhirnya ia hanya menjawab dengan seadanya..
‘ dia... gadis yang kusukai, aku menghilangkannya. Padahal ia selalu ada di hadapanku’
***
Nagao menghela nafas panjang dengan berat. Setiap kali ia membuang nafas, asap putih segera mengepul di depan wajahnya. Sesekali ia menggosokkan kedua tangannya yang bersarung tangan dengan berlebihan. Salju telah menumpuk dikota Tokyo mengakibatkan jalan-jalan bertebar benda putih halus tersebut. Sejauh mata memandang, jalanan dipenuhi pasangan-pasangan muda berbalutkan setelan musim dingin dengan aneka warna, saling bermesraan, berpegangan tangan dengan wajah bahagia. Suasana Shibuya saat itu dipenuhi ornamen penuh cinta dengan warna muda dari pink-hijau-biru-merah yang amat menarik.
Hari itu tanggal 14 Februari.
Berbeda dari yang lainnya, Nagao berjalan menyusuri jajaran pertokoan di Shibuya sendirian. Di tangannya ada sebuah bingkisan berisi sekotak cokelat yang baru dibelinya dari sebuah toko. Entah apa yang hendak dilakukannya sendirian di sana, mungkin merenungi nasib yang tidak memiliki pasangan sambil memakan cokelat yang dibelinya. Tiba-tiba bola mata hitamnya menangkap sesosok orang yang ia kenal di kejauhan, sedang berjalan  membelakanginya sendirian. Detik itu juga tanpa pikir panjang Nagao mengejar orang itu. Dalam radius tiga meter, Nagao memanggil sambil melambaikan tangan. Orang itu menoleh.
“ Nagao-kun?” ucapnya dengan alis terangkat.
“ Saki? Kenapa kau sendirian?” sambil menunjuk kearah Saki yang masih menatapnya heran.
“ oh itu...”
“ mana pria itu?” potong Nagao dengan kepala yang menoleh ke kiri dan ke  kanan.
Saki mengembungkan pipinya sambil menyilangkan tangan di depan dada. Oh, ada apa ini, kenapa sepertinya suasana hati Saki tampak buruk dihari yang dinantinya itu? “ huh.. kami baru turun di stasiun, tiba-tiba ia bertemu dengan mantan pacarnya dan langsung meninggalkanku sendirian sedangkan ia pergi dengan mantannya itu. Menyebalkan!” gerutu Saki.
Nagao tidak mempercayai telinganya sendiri saat mendengar hal itu. Tak bisa di pungkiri, ia merasa senang bahwa kencan gadis itu tidak jadi dan kemungkinan bahwa Kazomi tidak menaruh hati pada Saki. Semangat Nagao yang sempat hilang kini kembali dan kalau saja tidak sedang di tempat umum mungkin ia akan melakukan tindakan gila seperti melompat kegirangan ataupun tertawa terbahak-bahak.
“ bisa-bisanya dia meninggalkan seorang gadis yang sudah punya kencan dengannya duluan?! Dasar menyebalkan!” pekik Saki. “ kalau aku bertemu lagi dengannya akan kupukul kepalanya, kumaki, ku.... hei, kenapa kau senyum-senyum sendiri?”
Nagao ingin sekali tersenyum lebar namun itu hanya terlihat seperti ia senang kalau Saki patah hati, karena itu ia mengulum senyum. Namun gagal, ia tetap tersenyum lebar. “ kalau begitu, bagaimana kalau jalan berdua denganku saja... kita kencan”
“ kencan?” tanya Saki dan dibalas anggukan oleh pria di hadapannya. “ kau serius?”
“ tentu saja... kita kelilingi kota Tokyo sepuasnya hingga malam!” tawar Nagao dan tanpa menunggu jawaban ia segera menggandeng tangan Saki dan menariknya untuk mulai melanjutkan langkah kaki.
Aneh, saat tangan pria itu menyentuh tangannya entah kenapa Saki merasa gugup, itu kali pertama Nagao menggandengnya. Ia dapat merasakan jantungnya yang memacu cepat, wajahnya yang memanas dan ia yakin pipinya menampilkan semburat merah. Padahal ia tak pernah merasa secanggung ini bila bersama Nagao, apa ia mulai memandang pria disampingnya dengan pandangan lain? Ia senang pria itu menyentuh tangannya, tapi kenapa? Perasaan itu tak beralasan. Saki berusaha bersikap biasa saja.
“ hei, sepertinya aku mulai menyukaimu” tiba-tiba Saki berkata ringan, jelas sekali ia tengah bercanda karena setelahnya ia tertawa. Dan saat itu juga Nagao menghentikan langkahnya diikuti Saki.
Selama beberapa detik mereka saling diam, Saki keheranan dan akhirnya Nagao menjawab rasa heran gadis itu. Nagao membalikkan tubuhnya, berdiri tepat satu langkah di depan gadis tersebut. Didapatinya kedua mata mereka saling bertemu dan ia masih menggenggam tangan mungil gadis itu.
“ aku hanya bercanda, Nagao-kun... baiklah, aku tak akan bercanda lagi”
“ oh ya, waktu itu kau masih berhutang janji padaku”
“ Permintaan waktu itu? Oh iya, lalu, kau mau minta apa Nagao-kun?” tanya Saki.
Nagao mengangkat kepala, dengan tampang pura-pura berpikir keras ia menatap langit “ aku mau kau mendengarkanku dengan serius karena aku tak akan mengulanginya untuk kedua kali” lalu menurunkan kepala dan menatap Saki.
“ apa itu?” Saki penasaran, tanpa sadar ia memiringkan kepala.
“ aku menyukaimu..”
Apa....? oh tidak, benarkah ini ia tidak bisa memercayai telinganya sendiri? Saki merasa gerakan orang-orang disekitarnya berhenti. Ia tak bisa mendengar apapun lagi kecuali gemaan ucapan Nagao barusan. Jantungnya, oh tidak, jantungnya menyentak-nyentak dan menimbulkan suara detak yang cukup kuat sampai-sampai ia takut Nagao bisa mendengarnya. Beberapa detik ia menahan nafas dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya sesuai perintah yang diberikan otaknya. Ia merasa lumpuh dan hanya terpaku pada mata Nagao yang masih menatapnya lurus-lurus.
“ kau bercanda?”
Nagao tak menjawab.
“ kau.. menyukaiku... benarkah?” Saki berusaha berkata biasa saja namun gagal, suaranya terdengar bergetar.
“ kau sudah mendengarnya sendiri tadi... aku tak akan mengulanginya”
Memalukan. Saki segera menundukkan kepala, menatap ujung sepatu boots selututnya. Ini benar-benar terjadi, Nagao menyukainya! Tuhan, apa yang harus dijawabnya sekarang? Ia senang, senang sekali melebihi saat ia tahu Kazomi mengajaknya kencan saat itu. Kenapa baru disadarinya, ia tak perlu jauh-jauh mencari pasangannya karena orang itu sudah ada di sampingnya, selalu. Orang yang bisa membuatnya utuh, sederhana, sempurna, dan bahagia. Orang itu dia.. Takigawa Nagao.
“ sepertinya, aku salah telah menyukai Kazomi...” ucap Saki pelan lalu ia memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan membalas tatapan pria itu. “ karena seharusnya aku menyukaimu” dan ia tersenyum lembut membuat Nagao yang sejak tadi menahan malu akhirnya lumer.
“ kau kenapa?” tanya Saki heran ketika melihat Nagao membungkukkan tubuh jangkungnya seperti kelelahan.
“ akhirnya aku bisa menyampaikannya...” ia menghela nafas lalu menegakkan tubuhnya kembali.
Saki masih gugup, ia tak berani menatap mata Nagao lagi. Salju tetap bergulir seperti biasa, namun suhu dingin tak dapat menembus dan dirasakannya. Ini mungkin musim dingin terhangat yang pernah dirasakan Saki, dan yang terindah. Mereka masih saling terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, tangan mereka pun masih berpegangan. Saki menatap proses butiran salju yang turun secara perlahan dan melayang-layang akibat gesekan dengan udara.
“  Happy Valentine Days, aku mencintaimu... “
Saki terkejut, ia tak tahu harus membalas apa dan ia memilih diam sambil membulatkan tekat untuk menatap pria itu. Wajahnya kembali panas, nafasnya terasa susah dan jantungnya berpacu secepat laju kereta exspress lalu Nagao menyetarakan wajahnya dengan wajah Saki untuk menciumnya.

End

' Please do not plagiat, oke :D '

Anime yang paling kusuka sepanjang sejarah : Hetalia Axis Powers

Hetalia: Axis Powers (ヘタリア Axis Powers Hetaria Akushisu Pawāzu?) adalah sebuah webcomic, yang diadaptasi ke dalam seri manga dan anime oleh Hidekazu Himaruya (日丸屋秀和 Himaruya Hidekazu?). Manga ini mengambil tokoh negara-negara yang dipersonifikasikan ke bentuk manusia yang bertingkah laku layaknya masyarakat khas negara itu. Fokus cerita Hetalia yaitu kejadian-kejadian politik dan sejarah, terutama masa Perang Dunia II. Kata Hetalia sendiri berasal dari gabungan kata hetare (ヘタレ?) yang yang berarti "tidak berguna" dan Italia (イタリア?) yang menggambarkan tokoh Italia yang pengecut dan tidak berguna selama Perang Dunia II.
Hetalia awalnya berasal dari sebuah webcomic yang dipublikasikan di blog milik Himaruya yang bernama Kitayume. Sejauh ini, sudah tiga buah tankōbon yang dirilis oleh Gentosha Comics. Hetalia juga dibuat seri Drama CD dan karena kepopulerannya diangkat menjadi online streaming anime di internet yang digarap oleh Studio Deen.


Cerita awal Hetalia mengisahkan tentang kejadian perang dunia I dan perang dunia II dimana terdapat tokoh Axis Powers, antara lain Italia, Jerman, dan Jepang. Sedangkan di pihak Sekutu ada Amerika, China, Inggris, Perancis, dan Russia. Tokoh-tokoh selain itu juga ada karena Hetalia juga menceritakan sejarah negara-negara tertentu yang seringkali diwarnai dengan humor dan satire. Negara-negara di Hetalia juga berhubungan satu sama lain sebagaimana hubungan ekonomi atau politik antar negara yang terjadi di dunia nyata.

from : http://id.wikipedia.org/wiki/Hetalia:_Axis_Powers

Saturday, February 18, 2012

indah punya wajah jelek :D *iseng

ternyata gak selamanya wajah jelek itu buruk banget lho...
kenapa aku bisa berasumsi begitu? alasannya tak lain dan tak bukan karena disekolahku tadi ada salah seorang siswi yang kesurupan. alasan yang buat dia jadi kesurupan itu karena.... eehm, karena....
Dia CANTIK.
hantu yang merasuki dia tuh suka ama tuh cewek, so dia ngikutin terus dan tadi tuh dah mencapai limitnya dan si cewek mengamuk *cinta dua alam*
sementara si cewek dan si hantu mengamuk, para cewek-cewek yang lain pada sujud syukur. kenapa? karena mereka jelek dan gak ada hantu yang merasuki mereka hanya karena alasan yang sungguh biadap itu -karena wajahnya cantik-
aku juga termasuk yang sujud syukur sih :P
ternyata ada hikmah dibalik wajah saya ini.
<< petik hikmahnya ya, makanya syukuri apa yang ada *kok kayak lagu ya?*

Friday, February 17, 2012

novel buatanku ^^ hehe

aku suka buat novel, entah sejak kapan.. tapi ternyata dibandingkan membuat komik aku lebih lihai membuat novel. nah ini adalah salah satu novel buatanku *tapi yang gagal*

PANDORA BOX
PROLOG

Malam itu langit begitu gelap dengan tiada bintang yang menudunginya, riak suara jangkrik dibalik ilalang yang tumbuh dengan rimbunnya. Suasana Nampak tenang namun sejurus kemudian muncul seseorang berlari ditengah padang tersebut. Lelaki yang berlari sambil terengah-engah dengan kemeja putih dilapisi sweater bercorak-corak. Usianya sekitar 30, 20, lebih muda dari itu mungkin sekitar 20 tahunan kurang.
Lelaki itu terus berlalu sambil sesekali melihat ke sekeliling, jika dirasanya aman lalu ia melanjutkan langkah kakinya lagi. Keheningan serasa pecah karena bunyi dedaunan kering dan ranting yang patah terinjak. Lelaki itu terus berlari tanpa merasa lelah. Tiba-tiba dari arah lelaki itu muncul terdengar teriakan dari rombongan berkuda, para penunggang menggunakan baju halkah lengkap dengan ketopong dan tombaknya. Mereka melihat ke sekeliling dengan seksama, salah seorang dari mereka yang kemungkinan pemimpinnya berteriak memerintahkan yang lainnya untuk berpencar, lelaki pertama yang sadar akan kehadiran itu segera bersembunyi dibalik rimbun rerumputan. Ia mengendap-endap dengan amat pelan hingga desah nafasnya pun tak dapat terdengar. Beberapa detik berlalu dan rombongan itu masih mencari-cari ke sekeliling, namun karena mereka tidak menemukan yang mereka cari akhirnya rombongan itupun beranjak pergi.
Derap langkah kuda terdengar semakin jauh, bayangan orang–orang itu sudah haling. Lelaki muda itupun menyembulkan kepalanya dibalik rerumputan, hutan sudah kembali sepi, desir suara angin pun sudah kembali tenang. Kemudian dia memandang kekiri dan kekanan. ‘aman!’ batinnya. Tanpa ambil pusing lagi lelaki itu mengambil langkah seribu, menembus berimbun rumput ilalang. Sesekali ranting-ranting menggres wajah dan lengan lelaki itu hingga meninggalkan luka gores yang cukup banyak. Tapi ia tak menghiraukannya, ia tetap terus menghentakkan kakinya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, matanya terbelalak dan setiba itu wajahnya berubah menjadi pucat seperti salju.
‘ Aku menemukannya! Anak itu ada disini!’ ucap suara itu dengan nada lantang. Sejurus kemudian teman-teman rombongannya yang lain datang menghampirinya, orang berbaju halkah pun berteriak kembali ‘ disana! Tangkap tikus itu!’. Lelaki muda itu amat terkejut, ia tak melihat ke belakang atau sekelilingnya lagi, ia terus lari kemanapun ia melihat jalan yang bisa dilalui. Akhirnya langkah kakinya berhenti ketika ia tidak bisa berlari lagi, jurang ada didepan mata dan sejauh mata melihat ke bawah tertutupi pepohonan hutan yang lebat namun diagak kejauhan terlihat pemukiman kota dan istana kerajaan namun apapun dihadapannya. Saat ini dia sudah terpojok! Tak ada lagi jalannya untuk kabur dan para rombongan sudah mendekat, lelaki itu terus melihat ke sekeliling dan melihat ke istana kerajaan, cukup lama matanya memandang istana itu sebelum ia berpaling karena suara yang mengagetkannya.
‘ Kau sudah tekepung, hukuman pancung sudah menantimu esok fajar!’ ujar suara yang berasal dari seorang pria kesatria diatas kuda hitam.
‘ Menyerahlah dan serahkan itu kepada kami!’ ucap kesatria itu untuk kedua kalinya, dengan nada lebih membentak. Namun tak ada jawaban dari lelaki muda itu. Suasana hening untukuntuk beberapa saat hal itu membuat naik pitam si kesatria.
‘ Jawab!! ‘. Bentaknya dengan amat menyeramkan hingga membuat para pengawal dibelakangnya berdecak kaget, kemudian kesatria itu menunjuk ke para pengawalnya dan member perintah untuk menangkap lelaki dihadapan mereka.
‘ Bawa dia dan…. ‘
‘ Tak perlu… ‘. Potonh lelaki muda itu, dengan suara pelan tapi jelas.
‘ aku tak akan sudi mati ditangan bawahan setan seperti kalian!’ ujarnya lagi. Suaranya begitu tegas dan membuat tak berkutik bagi yang mendengarnya, kesatria yang awalnya memasang tampang garang kini kaget dan matanya melotot. Kemudian dia dikagetkan lagi karna kini lelaki muda itu menundukkan kepala dan mulutnya berkomat-kamit mengucap kata-kata aneh. Mereka bingung dengan apa yang dilakukannya, kesatria itu pun terdiam dan dengan berusaha mendengarkan apa yang diucapkan lelaki itu.
‘ MANTRA PENGGANDAAN!!?? ‘. Teriak kesatria dengan heran dan terkejut. Lelaki muda hanya membalas dengan senyuman apa yang dikatakan kesatria itu.
‘ hah… benar! Dari pada kuberikan pada kalian, benda ini lebih baik kuberikan kepada mereka semua ‘. Sesuatu yang ajaib terjadi, cahaya-cahaya warna-warni melayang dilangit diatas kepala lelaki itu, titik-titik putih berputar-putar, ia membalikkan tubuh dan menghadap ke jurang. Kemudian ia menggerakkan tangannya ke depan seperti mempersembahkan sesuatu ke orang lain.
‘ Terimalah kalian semua! Kuserahkan selanjutnya pada kalian ‘. Teriaknya dengan nada lega, bahagia, senyumnya merekah diwajahnya. Para rombongan dibelakangnya amat kaget terlebih-lebih sang kesatria. Mereka tak tahu harus bertindak apa atas perbuatan lelaki muda aneh itu.
‘ Ka…. Kau!? ‘. Ucap kesatria dengan perasaan bercampur aduk
‘ Sampai kapanpun kalian tak akan pernah bisa menangkapku’. Balas lelaki muda dengan wajah senang namun memilukan, kemudian dia melambaikan tangan kepada para rombongan dan terjun ke jurang yang terjal.



Prolog Fin..